Jumat, 30 Oktober 2009

Hati Manusia


Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna.
Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu... tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan dan tampil ke depan dan berkata “Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?”.

Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu.
Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempelkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata.
Bahkan ada bagian-bagian yang berlubang karena dicukil dan tidak ditutup kembali.
Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu,memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa “Anda pasti bercanda, pak tua”, katanya,” bandingkan hatimu dan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangakan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan.”

“Ya”, kata pak tua itu,”hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tidak akan menukar hatiku dan hatimu.
Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobeknya sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutupi kembali sobekan yang kuberikan.
Namun karena setiap seobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.

Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya.
Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan—memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan.
Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu.
Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu?”

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya.
Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah,lalu merobeknya sepotong.
Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutupi luka di hati pemuda itu.
Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata.
Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya.
Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.
Bersediakah anda juga untuk memberikan hati anda bagi sesama yang membutuh kasih?????
Jawablah pada diri anda sendiri, selamat merenungkan diakhir pekan ini.
Salam,
Hati = Kasih.

Tidak ada komentar: